Kisah Sunan Kalijaga Belajar Pada Sunan Bonang


Kisah Sunan Kalijaga berguru pada Sunan Bonang


Kisah sunan kalijaga (dibaca kalijogo) kali ini menceritakan bertemunya sunan kalijaga dengan seorang ulama. Ulama inilah yang kelak menjadi gurunya, mengajari pemahaman agama yang lebih benar. yang bisa menegurnya bahwa bersedekah dengan hasil mencuri itu merupakan cara yang tidak benar.










Kisah Sunan Kalijaga berguru pada Sunan Bonang Kisah Sunan Kalijaga Belajar Pada Sunan Bonang
Kisah Sunan Kalijaga berguru pada Sunan Bonang

Sunan Kalijaga Menjadi perampok yang budiman


Cerita sunan kalijaga, Setelah diusir oleh ayahnya dari kadipaten tuban menyerupai yang diceritakan sebelumnya, raden syahid mengembaran tanpa tujuan yang pasti. Pada akhirnya, ia menetap di hutan jatiwangi. Selamat bertahun-tahun ia menjadi perampok budiman di hutan itu. Mengapa ia disebut perampok yang budiman? lantaran hasil rampokannya tidak pernah dimakannya, namun diberikan kepada yang membutuhkan.

Tindakan raden syahid tidak berbeda menyerupai yang dilakukannya dulu, yaitu merampok kemudian kemudian menawarkan hasil rampasan kepada fakir miskin. Tentu saja orang yang dirampoknya yaitu mereka para hartawn atau orang kaya raya yang kikir, orang yang tidak pernah menyantuni rakyat jelata, dan orang yang tidak mau membayar zakat. Di hutan, jatiwangi, ia menciptakan nama aslinya. Dan orang menyebutnya sebagai brandal lokajaya.

Raden Syahid bertemu Sunan Bonang


kisah sunan kalijaga – Pada suatu hari, ada seorang yang berjubah putih lewat hutan jatiwani. Raden syahid sudah mengincarnya dari kejauhan. Orang itu membawa sebatang tongkat yang gaganya berkilauan.


Lelaki berjubah putih itu tersenyum dengan wajahnya yang raman. Dengan bunyi lembut, ia berkata, “anak muda. perjalanan hidup insan itu tidak menentu. Mereka kadang berada di daerah yang terang, bahkan mereka kadang berada di daerah gelap. Dengan tongkat ini, saya tidak akan tersesat bila berjalan dalam kegelapan. ”
“pasti gagang tongkat itu terbuat dari emas,” asumsi raden syahid dalam hatinya.
Gerakan orang bau tanah berjubah putih itu terus diawasi raden syahid. Setelah dekat, ia menghadang langkahnya sembari berkata, “orang tua, mengapa kau menggunakan tungkat? sepertinya kau tidak buta lantaran sepasang matamu masih sanggup melihat dengan baik. dan kau juga masih keliatan segar, serta berpengaruh kalau berjalan tanpa tongkat!”

“Tapi, ketika ini masih siang, saya kira kau tanpa tongkat ini tidak akan tersesat di hutan ini. sahut raden syahid.

Lelaki berjubah putih itu kembali tersenyum arif, ia pun berkata, “anak muda, tongkat yaitu pegangan sehingga orang hidup haruslah memiliki pegangan supaya tidak tersesat dalam menempuh perjalanan hidupnya”

Tampaknya, aneka macam balasan yang mengandung filosofi itu tidak menggugah hati raden syahid. Sebenarnya, ia mendengar dan mengakui kebenarannya, tapi perhatiannya sudah terlanjur tertumpah pada gagang tongkat lelaki berjubah putih itu. Tanpa banyak bicara lagi, ia merebut tongkat itu dari tangan lelaki berjubah putih. Akibat dari perbuatan raden syahid tersebut  maka orang berjubah putih itu jatuh tersungkur lantaran tongkat itu dicabut dengan paksa.

Dengan susah payah, orang itu bangun dan sepasang matanya mengluarkan air mata walaupun tidak ada suari tangis dari mulutnya. Pada ketika itu, raden syahid sedang mengamati gagang tongkat yang dipegangnya. Tongkat itu ternyata bukan dari emas. hanya gaganya yang terbuat dari kuningan sehingga berkilauan menyerupai emas ketika tertimpa cahaya matahari.

Raden syahid heran melihat orang itu menangis. Ia segera mengulurkan kembali tongkat itu. “Jangan menangis, saya kembalikan tongkatmu, kata arden syahid.

Lelaki itu menjawab “bukan tongkat ini yang saya tangisi” sembari menunjukkan beberapa batnag rumput di telapang tangannya ia berkata lagi “lihatlah, saya telah berbuat dosa dari kesiasiaan. rumput ini tercabut ketika saya jatuh tersungkur tadi”
“hanya beberapa lembar rumput. kau merasa bedosa? “tanya raden syahid keheranan
“Ya memang berdosa, alasannya saya telah mencabutnya tanpa suatu keperluan. Tidak apa apa andaikan rumbut itu dipakai untuk makan ternak. Namun apabila rumbut ini untuk suatu kesia-siaan, maka ini merupakan suatu dosa” jawab lelaki itu

Mendengar harl itu, raden syahid supaya tergetar atas balasan yang mengandung nilai keimanan itu

Lelali itu kemudian bertanya “anak muda, bahwasanya apa yang kau cari di hutan ini?
“saya mengintai harta!” jawab raden syahid.
“untuk apa?”
“untuk saya berikan kepada fakir miskin dan penduduk yang menderta kelaparan”
“hmm, sungguh mulia hatimu. sayang caramu mendapatnya keliru”
“orang tua, apa maksudmua?”
“boleh saya bertanya anak muda?”
“silahkan”
“jika kau mencuci pakaianmu yang kotor dengan air kencing, apakah tindakanmu itu benar?”
“Sungguh perbuatan bodoh,” sahut raden syahid. “hal itu hanya menambah kotor dan amis pada pakaian  itu”

Lelaki itu tersenyum, “Demikian pula amal yang kau lakukan. Kamu bershadaqoh dengan barang yang didapat secara haram. Sebab, tindakan merampok atau mencuri, sama halnya mencici pakaian dengan air kencing.”

Mendengar perkataan orang bau tanah itu. raden syahid tercengang

Lelaki itu masih melanjutkan perkataannya, “Allah itu yaitu dzat yang baik. ia hanya mendapatkan amal dari barang yang hahal atau baik”

Raden syahid semakin tercengang mendengar keterangan itu. Rasa malu mulai menghujam hatinya. Betapa kelirunya perbuatannya selama ini. Wajah lelaki berjubah putih itu dipandangnya sekali lagi. Wajah yang agung dan berwibawa, namun mencerminkan pribadi yang welas asih. Raden syahid mulai suka dan tertarik pada lelaki berjubah putih itu.

“Pada ketika ini, banyak hal yang terkait dalam perjuangan mengentaskan kemiskinan dan penderitaan rakyat. Kamu tidak bisa mengubahnya hanya dengan memberi para penduduk miskisn berupa santunan makanan dan uang. Kamu harus memperingatkan para penguasa yang zhalim supaya mereka mau mengubah caranya memerintah yang sewenang-wenang. Kamu juga harus membimbing rakyat supaya sanggup meningkatkan taraf kehidupannya!” kata lelaki itu

Raden syahid semakin terpana. Ucapan sepertilah yang diperlukan selama ini.
“Kalau kau tidak mau kerja keras dan hanya ingin berinfak dengan cara yang mudah, maka ambillah itu. itu barang halal. Ambilah sesuakmu” kata lelaki itu sambil menunjuk sebatang pohon aren. Seketika itu, seluruh buahnya menjelma emas. tentunya hal itu menciptakan mata raden syahid terbelalak.

Raden syahid yaitu seorang perjaka sakti. Banyak pengalaman hidup yang telah dijumpainya. aneka macam ilmu abnormal telah dipelayarinya. Ia menerka kalau orang itua mempergunakan ilmu sihir. Kalau benar, orang itu mengeluarkan ilmu sihir, ia niscaya sanggup mengatasinya. Setelah raden syahid mengerahkan ilmunya, buah aren tetap menjelma emas. Orang itu berarti tidak mempergunakan sihir.

Raden syahid terpukau di tempatnya berdiri. ia mencoba memanjat pohon aren itu. seluruh buanya benar-benar menjelma emas. Ia ingin mengambil buah anren yang telah menjelma emas itu. Namun, secara mendadak, buah aren itu rontok dan berjatuhan sehingga mengenai kepalanya. ia terjerembah ke tanah, kemudian roboh dan pisang.
Ketika raden syahid terbangun dari pingsanannya, maka buah arena yang rontoh itu telah menjelma hijau menyerupai buah aren pada umumnya. Ia pun segera berdiri berdiri, kemudian mencari orang berjubah putih itu. tapi orang yang darinya sudah tidak ada di tempat.
“Ia niscaya orang sakti yang berilmu tinggi. Melihat caranya berpakaian, tentu ia berasal dari golongan para ulama atau mungkin seorang wali Allah. Aku harus menyusulnya untuk berguru kepadanya,” pikir dalam hati syahid.

Raden syahid pun mengejar orang itu. Segenap kemampuan dikerahkannya untuk berlari cepat. Akhirnya ia sanggup melihat bayangan orang itu dari kejauhan. Orang itu tampak santai melangkahkan kakinya, tapi raden syahid tidak pernah bisa menyusulnya. Ia jatuh bangun, terseok seok, dan berlari lagi. Demikianlah sehabis tenaganya terkuras habis, ia gres hingga di belakang lelaki berjuba putih itu.

Lelaki berjubah putih itu berhenti bukan lantaran kehadiran Raden Syahid, melainkan di depannya terbentang sungai yang cukup lebar. Tidak ada jembatan dan sungai itu sepertinya dalam. Tidak ada apapun ketika ia harus menyebrang.

“tunggu,” ucap raden syahid ketika melihat orang bau tanah itu hendak melangkahkan kakinya lagi.

“sudilah tuan mendapatkan saya sebagai murid,” pitanya

“menjadi muridku?” tanya orang itu sembari menoleh, lanjutnya, “mau berguru apa?”

“apa saja asal tuan mendapatkan saya sebagai murid”, kata raden syahid

“berat. berat sekali anak muda, bersediakah kau mendapatkan syarat-syaratnya?” tanya lelaki itu

“saya bersedia. “jawab raden syahid

Kemudian, lelaki itu menancapkan tongkatnya di tepi sungai. Raden syahid diperintahkan menungguinya. Ia dilarang beranjang dari daerah itu sebelum lelaki itu kembali menemuinya. Raden syahid bersedia mendapatkan syarat ujian itu. Selanjutnya, lelaki itu menyebrangi sungai. Sepasang mata raden syahid terbelalak heran. Sebab, lelaki itu berjalan di atas air bagaikan berjalan di daratan. Kakinya tidak lembap terkena air.
Setelah lelaki itu menghilang dari pandangan raden syahid. Ia duduk bersila dan berdoa kepada Allah SWT. supaya ditidurkan menyerupai pada perjaka di gua kahfi ratusan tahun silam. Doanya pun dikabuilkan Allah SWT. ia sanggup tertidur dalam pertapaannya selama tiga tahun. Akar dan rerumputan telah membalut dan hampir menutupi seluruh potongan besar anggota tubuhnya.

Setelah tiga tahun, lelaki berjubah puting itu tiba menemui raden syahid. Tapi, raden syahid tak bisa dibangunkan. Ia gres membuka sepasang matanya sehabis lelaki itu mengumandangkan adzan. Tubuh raden syahid dibersihkan dan diberi pakaian gres yang bersih, kemudian di bawah ke TUban.

Mengapa ke Tuban? Sebab lelaki berjubah putih yaitu sunan bonang. Lalu, Raden syahid diberi pelajaran agama sesuai dengan tingkat para wali Allah. DI kemudian hari, raden syahid dikenal sebagai sunan kalijaya. Kalijaga berarti yang menjaga sungai. Ada yang mengartikan bahwa sunan kali jaga yaitu penjaga aliran kepercayaan yang hidup pada masa itu. Kata “dijaga” maksudnya supaya aliran itu tidak membahayakan umat, melainkan diarahkan kepada pedoman islam yang benar.

Kerinduan Sunan Kalijaga terhadap sosok seorang ibu


Cerita sunan kalijaga, Setelah bertahun tahun ditinggalkan kedua anaknya, permaisuri Adipati Wilatika kehilangan gairah hidup. terlebih sehabis sauah Adipati tuban untuk menangkap para perampok yang mengacau Kadipaten Tubah membuahkan hasil. Seketika itu, hati ibu raden syahid berguncang lantaran perampok itu mengenakan pakaian dan topeng yang dikenakan oleh Raden Syahid yang dikenakan Raden Syahid ketika ditangkap para para prajurit Tuban. Rahasia yang selama ini tertutup rapat sudah terbonkar. Dari ratifikasi perampok itu, maka adipati Tuban tahun bahwa raden syahid tidak bersalah.

Ibu raden syahid menangis sejadi jadinya. ia telah menyesal mengusir anak yang sangat disayanginya. Sang ibu tidak pernah tahu bahwa anak yang didambaknnya sudah kembali ke tuban. Hanya saja anaknya tidak pribadi ke istana kadipaten Tuban. melainkan pergi ke daerah tinggal sunan bonang.

Untuk mengobati kerinduan terhadap sang ibu, tidak jarang raden syahid mengerahkan ilmunya yang tinggi untuk membaca al qur an dari jarah jauh. kemudian suaranya dikirim ke istana Tuban. Suara raden syahid yang merdu telah menggetarkan seluruh dinding istana kadipaten. Bahkan suaranya telah mengguncangkan isi hati adipati tuban dan istrinya. Tapi raden syahid masih belum menampakkan diri.  Banyak kiprah yang harus dikerjakan, di antaranya menemukan kembali adiknya.

Pada akhirnya, raden syahid pulang bersama adiknya, Dewi Rasa Wulan. Tak terkira betapa senang adipati Tuban dan istrinya mendapatkan kedatangan putra dan putri yang sangat dicintainya. Raden syahid pun ditunjukkan ayahnya untuk menggantikan kedudukannya. Tetapi, ia tidak bersedia menggantikan kedudukan ayahnya sebagai adipati Tuban. Ia lebih suka menjalani kehidupan yang dipilihnya sendiri.

Walaupun sedikit kecewa, Adipati tuban supaya terhibur. Karena suami dewi rasa wulan bukan orang sembarangan. Empu supa yaitu seorang tumenggung Majapahit yang terkenal. Ia yaitu cucu yang lahir dari keturunan Empu. Akhirnya kedudukan adipati tuban diberikan kepada cucunya sendiri yaitu putra dewi rasa wulan dan empu supa. Sementara itu raden syahid meneruskan pengembaraannya, ia berdakwah untuk membuatkan agama islam di jawa tengah hingga jawa barat.

http://ceritaislami.net/cerita-sunan-kalijaga-berguru-pada-sunan-bonang/


Subscribe to receive free email updates: