Keutamaan Ibunda Khadijah radhiyallahu ‘anha [Bagian – 1] |
Segala puji hanya untuk Allah Ta’ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah Shalallahu’alaihi wa sallam. Aku bersaksi bahwa tidak ada ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla semata yang tidak ada sekutu bagi -Nya, dan saya juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam yaitu seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba’du:
Berikut ini yaitu rangkaian panjang dalam bingkai siroh perjalanan hidup Umul Mukminin, istri Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau dilahirkan lima belas tahun sebelum tahun gajah, dalam nasab, dirinya termasuk berada pada kalangan menengah dalam suku Quraisy, dan yang paling tinggi kemuliaannya. Sampai dirinya dikenal dengan kesuciannya dari hal-hal jelek yang dilakukan para perempuan pada zaman jahiliyah.
Beliau seorang saudagar perempuan yang sukses dengan harta yang melimpah. Dan dia dipersunting oleh Rasulallah Shalallahu’alaihi wa sallam sedangkan ketika itu umurnya sudah hingga empat puluh tahun, dan Nabi berusia dua puluh lima. Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah memadu dengan perempuan lain hingga sehabis kematiaannya dikarenakan kedudukan serta keutamaan dia dihati Nabi, bergotong-royong dia yaitu sebaik-baik sahabat hidup.
Darinya lahir belum dewasa beliau, pertama anak pria yang berjulukan Qosim, dimana dengan lantaran itu dia dipanggil ayahnya. Kemudian lahir Zainab, Ruqoyyah, Ummu Kultsum dan Fatimah serta Abdullah.
Beliau dijuluki dengan perempuan yang paling baik akhlaknya lagi suci. Dari belum dewasa yang lahir darinya, semua anak laki-lakinya meninggal ketika masih kecil, adapun belum dewasa perempuannya maka seluruhnya menjumpai masa Islam dan semuanya masuk agama Islam dan ikut hijrah, dan mereka semua menjumpai ibunya kecuali Fatimah, bergotong-royong ibunya meninggal beberapa bulan sehabis kelahirannya.
Dirinya yaitu orang pertama yang beriman dan percaya kepada Rasulallah Shalallahu’alaihi wa sallam sebelum ada seorangpun yang beriman padanya. Beliau yang meneguhkan Nabi supaya tetap teguh, serta membawanya kepada anak pamannya Waraqah. Dan Allah Shubhanahu wa ta’alla telah menyuruh Nabi -Nya supaya memberi kabar bangga kepadanya, dengan rumah disurga dari emas yang tidak ada kebisingan serta rasa capek didalamnya.
Dialah Ibunda kuam mukminin Khadijah binti Khuwailid bin Asad al-Quraisyiyah al-Asadiyah. Beliau yaitu perempuan yang paling mulia pada umat ini. Imam adz-Dzahabi menyampaikan wacana beliau: ‘Seorang yang sangat berilmu lagi terhormat, teguh beragama, terjaga dari sifat keji lagi mulia, yang termasuk penghuni surga. Adalah Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam biasa memujinya dan mengutamakan dirinya dari semua istri-istrinya. Sehingga dia sangat mengaguminya, hingga kiranya Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan: ‘Aku tidak pernah merasa cemburu terhadap madu yang lainnya melebihi kecemburuanku pada Khadijah, dikarenakan saking seringnya Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam menyebut-yebut dirinya’. [1]
Disebutkan dalam sebuah hadits, yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia menceritakan: ‘Pada suatu ketika Jibril mendatangi Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam sambil menyampaikan pada beliau:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذِهِ خَدِيجَةُ قَدْ أَتَتْ مَعَهَا إِنَاءٌ فِيهِ إِدَامٌ أَوْ طَعَامٌ أَوْ شَرَابٌ فَإِذَا هِيَ أَتَتْكَ فَاقْرَأْ عَلَيْهَا السَّلَامَ مِنْ رَبِّهَا وَمِنِّي وَبَشِّرْهَا بِبَيْتٍ فِي الْجَنَّةِ مِنْ قَصَبٍ لَا صَخَبَ فِيهِ وَلَا نَصَبَ أخرجه البخاري و مسلم
“Wahai Rasulallah Shalallahu’alaihi wa sallam, Ini Khadijah telah datang. Bersamanya sebuah ember yang berisi lauk, makanan dan minuman. Jika dirinya hingga katakan padanya bahwa Rabbnya dan diriku mengucapkan salam untuknya. Dan kabarkan pula bahwa untuknya rumah disurga dari emas yang nyaman tidak bising dan merasa capai”. HR Bukhari no: 3820. Muslim no: 2432.
As-Suhaili mengomentari hadits diatas: ‘Hanya saja dia diberi gambar ibarat itu, dengan menerima rumah disurga yang terbuat dari kerikil permata, dikarenakan dirinya telah menghimpun banyak sekali sarana sebagai pionir terdepan yang beriman kepada suaminya, dibarengi dengan sikapnya yang hening dan tidak merasa capai dalam pembelaannya. Dan dikarenakan dalam kehidupannya dia tidak pernah mengangkat bunyi kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam serta tidak membikin suaminya merasa capai apalagi menganggu urusannya’. [2]
Ibnu Ishaq mengatakan: ‘Rasulallah Shalallahu’alaihi wa sallam merasa begitu sedih tatkala Abu Thalib dan istrinya Khadijah meninggal secara berurutan. Khadijah yaitu istri sekaligus pembantunya yang sangat tulus. Dalam garis silsilah nasab, Ayah dia bertemu dengan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pada kakek yang ke empat yaitu Qusai bin Kilab, sedangkan ibunya bertemu dalam silsilah keturunan bersama Nabi pada kakeknya yang kedelapan yaitu Lu’ay bin Ghalib. Khadijah yaitu seorang yang banyak harta, maka dia memperlihatkan kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam untuk membawa dagangannya ke negeri Syam ditemani budaknya Maisaroh. Tatkala Nabi pulang dengan membawa laba yang sangat banyak, serta melihat kejujurannya, maka dia terpikat dengannya, kemudian dia memperlihatkan supaya mau menikah dengannya, kemudian Nabi pun menikah bersamanya dengan mahar dua puluh unta betina’.[3]
Bersambung insya Allah…
Oleh: Syaikh Amin bin Abdullah asy-Syaqawi
Diterjemahkan : Abu Umamah Arif Hidayatullah
Sumber makalah: IslamHouse.com
[1] . Lihat Siyar A’lamu Nubala 2/110.
[2] . Bidayah wa Nihayah karya Ibnu Katsir 4/317.
[3] . Sirah Ibnu Hisyam 1/236. 2/26.